Baju putih abu-abu telah di kenakan di badanku sungguh gembira saat memasuki
gerbang yang bertuliskan Sekolah Menengah Atas. Aku baru lulus dari sekolah
yang mengajarkanku arti dari pertemanan, pembelajaran, bahkan permainan. Namaku
Candy yang diartikan seperti permen, orang tuaku menamakan ku karena berharap
anaknya bisa seperti permen karet yang selalu fleksibel dimana pun dia berada.
keluargaku selalu mengajarkan untuk banyak bersosialisasi terhadap orang banyak
karena kita hidup membutuhkan orang lain.
Kaki ku menginjak di tempat asing yang perjalanan baru di mulai. saat itu
aku tak kenal siapapun orang yang berada di sekitar ku. langkah kaki terdengar mulai
mendekat di sampingku " hai can lo masuk sekolah sini juga ".
sambil memegang pundakku. aku menoleh ternyata itu teman sd ku " eh iya ,
gue ke terima juga nih disini. btw kelas lo dimana?". dengan nada
keingintahuan " itu disana ". Sambil menunjuk ruangan yang berada di
dekat kantor satpam yang berjarak 5 meter. " gue duluan ya, mau cari kursi
yang paling depan nih takut ga kebagian, daaa ". melambaikan
tangannya.
Sekolah yang memiliki lapangan luas dengan di lengkapi fasilitas lapangan
basket dan lapangan voli yang memanjakan siswa siswinya. Ruangan yang terbagi
banyak tempat yang memiliki lantai 2 dari gerbang sekolah dan berbaris hingga
menuju kantin dekat dengan taman yang di hiasi banyak bunga-bunga indah , pohon
palem yang berbaris rapi di pinggir taman membuat siswa dapat belajar dengan
nyaman. Aku berjalan menuju lantai 2 tempat dimana kelas ku berada. Ku
perhatikan satu-satu kursi yang bisa ku tempati. " permisi boleh gue duduk
disini ? . dengan raut wajah gue yang datar. " oh silahkan, kursinya
kosong kok. sambil tersenyum memperlihatkan wajahnya yang terlihat ramah.
"terima kasih, lo dari sekolah mana ?. tanya ku untuk mengakrabkan diri.
" lulusan sekolah dari Bandung, menunjukkan senyumnya hanya
lesung pipi yang terlihat jelas di wajahnya. “ nama kamu siapa?. Dengan menyodorkan
tangannya untuk berkenalan “ oh aku candy kamu?” bertanya balik “ aku caca,
salam kenal ya “ . sambil melemparkan senyuman.
Tiba guru datang untuk memberikan pengajaran pertama yang akan di
berikannya. Setelah berjalan 4 bulan sekolah yang ku lewati semakin akrab dengan teman-teman satu kelas
dan membuat satu sama lain mengetahui kebiasaan masing-masing. Tak lama temanku
berlari menghampiri ku dan mengatakan “ ciee si Alif ternyata suka sama kamu can “.
Dengan wajah meledekku. Di dalam pikiranku terus berputar putar mendengar kabar
yang menurut ku begitu aneh untuk di dengarnya. Alif adalah teman ku yang pertama kali
bertemu di kantin sekolah saat kita berdua di suruh guru untuk berdiskusi
tentang pertandingan basket yang akan diikuti sekolah kita. Aku menjabat
sebagai ketua Osis dan anggota di ekstrakulikuler basket. Dan Alif merupakan
ketua tim basket yang di percayai oleh timnya untuk memimpin organisasi basket
yang sangat di segani oleh tim basket di sekolah lain.
“ lo ngomong apa ca ? haha gausah becanda lah “. Aku dan Alif memang sangat
dekat untuk partner di sekolah mendiskusikan tentang kemajuan tim basket yang
berada di sekolah. Dia juga sering memperdebatkan permasalahan yang terjadi di
tim basket lewat percakapan telepon dan juga membantu ku dalam menyelesaikan
masalah ketika terjadi konflik yang bearada di bagian OSIS. “ si Firly tadi ga
sengaja membaca catatan di hp si Alif semua notenynya berisi tentang cerita lo
can”. Dengan penuh keseriusan dan muka meledek menceritakannya. Cie cie
diulangi lagi kalimat yang keluar dari mulut caca menggodaku. Aku tak pernah
mempersoalkan kejadian itu menurutku jika itu tidak keluar dari orangnya
langsung aku tak percaya dengan apa yang di katakan walaupun itu yang
memberitahu sahabat ku sendiri.
Aku,Firly,Caca dan Alif adalah teman yang memiliki kesamaan hobi dan
percakapan yang kita sering bicarakan nyambung satu sama lain hingga sampai
sekarang kita masih seperti sahabat yang selalu membantu satu sama lain. Kenaikan
kelas 12 membuat diriku semakin dewasa untuk menentukan arah tujuan yang harus
ku lakukan untuk masa depanku. Perjalanan seperti biasanya kita berempat mendiskusikan
kegiatan-kegiatan yang akan di lakukan untuk mempersiapkan lomba basket yang
akan di adakan di sekolah lain. Tak lama Alif dengan gugupnya berkata “ bisa
kita bicara berdua can?” dengan tatap yang serius. Dengan jantung ku semakin
berdegup kencang dan dalam pikiranku bertanya-tanya ada apa ini, tidak biasanya
Alif ingin berbicara seperti ini , apa ada sesuatu yang penting yang mau dia
bicarakan pemikiran-pemikiran yang terus ku tebak berlarian di pikiranku.
“ kalian aja berdua yang duduk di halaman taman ini, kita berdua mau pergi
ke kantin dulu cari makanan,” kata Firly sambil menarik tangan caca. Dengan pikiran
ku yang begitu heran loh loh kenapa tiba-tiba mereka bersikap seperti itu ada
apa ini penasaran yang semakin memuncak datang. “ ini ada apa sih ? kok
tiba-tiba kalian mau kekantin” , nada penasaran yang ingin Can ketahui
sebenarnya ini ada. Dengan bergegas cepat meninggalkan taman yang berada di
dekat kantin yang jaraknya tidak terlalu jauh. Dengan wajah gugup penuh ketakutan yang di rasakan
Alif seorang kapten tim basket yang terlihat gagah saat di depan tim nya untuk
memimpin pertandingan terlihat tak berdaya duduk di depan Can. “ ada yang mau
aku omongin Can, sebenarnya sebenarnya”. kalimat itu terus di ulang-ulang
hingga 3 kali karena gugupnya melontarkan kalimat selanjutnya.
Wajah bingung terlihat dari raut muka Can yang penasaran untuk mendengarkan
kalimat Alif berikutnya. “ sebenarnya apasih lif lo dari tadi cuma bilang
kalimat yang berputar-putar disitu. Dengan nada kesal karena tak di lanjutkan
kalimat berikutnya. “ Gue sayang sama lo, gue mau lo terus ada di samping gue ,
gue mau menjaga lo di mana pun lo berada, gue nyaman sama lo Can”, berbicara
dengan tegas dan penuh keberanian satu kalimat yang tidak memberikan napas saat
kalimat terakhir selesai seperti berlari 5 putaran lapangan bola dalam jangka
waktu 15 menit. Kagetnya can mendengar sahabatnya yang selalu membantu dan
menyelesaikan masalah bersama mengutarakan kalimat itu.
“ kamu serius dengan perkataan mu lif ? dengan pembicaraan dari biasa
memanggil sebutan gue lo berubah menjadi aku kamu. Dengan cepat berbicara
sebelum can berubah pikiran “aku serius dengan
perkataan yang aku ucapkan tadi, aku benar-benar ingin menjagamu can “. Menatap
tajam ke arah pandangan can. Perasaan yang bergejolak di hati can berubah
menjadi tak beraturan.. apa yang yang akan can katakan
Bersambung dulu yah.. tunggu cerita selanjutnya :)